KURNIAWAN'S FAMILY

Kurniawan's Family

Senin, 21 Desember 2009

What sould we do if...


Sudah menjadi sifat dasar manusia apabila tidak puas dengan apa yang ia dapatkan. Selalu ingin memperoleh yang lebih dari apa yang ia capai, yang ia dapatkan, serta apa yang ia miliki saat ini.
Selalu berusaha ingin mendapatkan yang terbaik. Termasuk juga ketika memilih pasangan hidupnya.
Ingin mendapatkan yang terbaik, yang sesuai dengan kriterianya. Se visi, se misi dan yang pasti dalam suatu hubungan (in a relationship) selalu dan tidak mungkin di lewati adalah proses take and give. Proses memberi dan menerima. Memberikan apa yang terbaik untuk pasangan kita. Selalu berusaha untuk menjadikan pasangan kita nyaman ketika berada bersama kita. Proses take atau menerima, menerima apa adaya kekurangan dari pasangan kita, menerima perhatian dan semua yang terspesial dari nya.

Awalnya saya berpikir, betapa bahagianya ketika kita punya pasangan yang benar benar memperhatikan kita, bisa melindungi dan mengayomi kita. Dengan kata lain dia adalah yang terbaik, karena selalu memberikan yang terbaik untuk kita.
Ternyata tidak cukup sampai disini kawan. Ketika kita kembali lagi pada hakikat suatu hubungan itu sendiri yaitu proses take and give. Akan merasa sangat dan mungkin begitu menyedihkan (rada lebay ya, hehe) ketika kita tidak ada pada proses give. Meskipun pasangan kita tidak menginginkan timbal balik atas kasih sayangnya, namun betapa sedihnya ketika kita merasa tidak bisa memberikan dan menjadi yang terbaik untuknya.

Di satu sisi kita berpikir bahwa dia adalah yang terbaik dan selalu memberikan yang apa paling baik untuk kita. Dan kita berhak mendapatkan itu.
Tapi di sisi yang lain di lubuk hati yang paling dalam kita menyadari bahwa kita tidak bisa melakukan hal yang sama untuknya. Kita tidak bisa melakukan sebaliknya. Kita tidak bisa menjadi yang terbaik untuknya. Meski segala daya upaya sudah kita lakukan untuk membuatnya merasa nyaman di samping kita. Meskipun mungkin dia tidak pernah menuntutnya. Tapi sama seperti halnya kita, dia juga berhak mendapatkan yang terbaik atas hidup dan masa depannya.

Lalu, apa yang akan kita lakukan? Meninggalkanya, dan berharap dia mendapatkan yang terbaik?
Atau tetap bertahan, selama dia bisa menerimanya dan selama itu pula kita berperang melawan kata hati bahwa kita ini bukan yang terbaik untuknya?
Dimana sebenarnya letak batas dari "terbaik" itu sendiri kawan???

Sebelumnya terimakasih untuk yang bersedia memberikan comment anda kawan, sebagai masukan bagi yang berada pada posisi menyedihkan ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar