KURNIAWAN'S FAMILY

Kurniawan's Family
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label artikel. Tampilkan semua postingan

Jumat, 24 Desember 2010

Euforia Sepak Bola Kita



Setelah membaca headline dari beberapa media massa pagi ini, yang mayoritas menyoroti seputar ludesnya puluhan ribu tiket nonton final Piala AFF dalam hitungan mengakibatkan ribuan supporter yang tidak kebagia tiket mengamuk, kita seperti "bangsa yang baru melek sepak bola".



PSSI kita berdiri tahun 1930 dan sejak tahun 1952 telah menjadi anggota FIFA. Dalam usia sangat matang itu, sepantasnya kita ini tidak lagi "bermain prestasi" di tingkat regional (ASEAN). Menurut saya, Piala AFF dan SEA Games bukanlah ajang yang tepat untuk memperlihatkan prestasi sepak bola kita. Kita ini pantasnya ada di kelompok Asia dan dunia.



Kita punya pemain yang mumpuni serta masyarakat pencinta timnas dan sepak bola. Akan tetapi, kita tidak memiliki pengurus (PSSI) yang profesional, kapabel, jujur, bekerja transparan, dan loyal. Yang ada di PSSI hanya sekelompok orang yang "berdagang", memolitisasi sepak bola serta hanya beretorika, tetapi tidak sanggup berbuat sesuatu yang membanggakan sepak bola kita.

Terlepas dari kesuksesan Firman Utina dan kawan-kawan melalap Malaysia, Laos, Thailand, dan Filipina di stadion kebanggaan kita, Gelora Bung Karno, mungkin kita perlu sedikit menengok ke belakang sekadar merenungi sekaligus mengoreksi lagi: Apa betul kita pantas tenggelam dalam euforia begitu dahsyat, dan mungkin berlebihan, meski tim kesayangan kita belum juara? Pertanyaan berikut: Bila pun juara, apakah kita pantas berpuas diri?

Minggu, 07 November 2010

Merapi Oh Merapi

Merapi terus meletus. Seiring tanah bergetar, sang gunung memuntahkan material vulkanik ke udara. Asap membubung tinggi, lalu jatuh ke mana angin membawa.
Di Yogyakarta setiap pagi, warga menyambut pagi yang gelap dan kelabu. Kota itu, juga berbagai wilayah di sekitar Merapi, diselimuti abu. Penduduk harus beraktivitas dengan masker, agar abu tak terhirup ke paru-paru yang bisa terganggu karenanya.

Semua jadwal di bandara Adi Sutjipto dibatalkan demi keselamatan penerbangan. Di Bandung, sejumlah penduduk melaporkan hujan abu yang dikaitkan dengan Merapi.

Relawan terus berdatangan membantu pengungsi Merapi. Di berbagai sudut negeri, orang-orang mengulurkan tangan. Di berbagai jejaring, kepedulian terbentuk...


Gunung Merapi memuntahkan material vulkanik, terlihat dari Klaten, Kamis (4/11). (AP Photo/Irwin Fedriansyah)


Penduduk menyelamatkan diri dengan motor setelah Gunung Merapi meletus lagi, Jumat (5/11). Pemerintah meluaskan zona bahaya menjadi 20 kilometer dari pusat kawah Merapi. (AP Photo/Achmad Ibrahim)


Tim penyelamat mencari korban Merapi di Argomulyo, Yogyakarta, Jumat (5/11). (AP Photo/Trisnadi)


Tim relawan dan tentara di Argomulyo lari menyelamatkan diri setelah Merapi kembali meletus, Jumat (5/11). (AP Photo/Trisnadi)


Sebuah pesawat, berselimut abu vulkanik, diparkir di bandara internasional Adi Sutjipto, Yogyakarta, Jumat (5/11). Bandara yang landasannya tertutup abu putih harus ditutup. (AP Photo/Irwin Fedriansyah)


Masyarakat melakukan aktivitas menggunakan masker saat melintas di Jalan Pangeran Diponegoro, Yogyakarta, Jumat (5/11). Erupsi Gunung Merapi yang kembali terjadi pada Kamis (5/11) mengeluarkan debu vulkanik yang menyelimuti Kota Yogyakarta, sehingga masyarakat diimbau menggunakan masker saat melakukan aktivitas di luar ruangan untuk mengantisipasi gangguan kesehatan akibat debu vulkanik. (Foto ANTARAWahyu Putro A)


Seorang anak berjalan di antara pohon yang tumbang di jalan lingkar Muntilan, Jawa Tengah, Jumat (5/11). Banyak pohon tumbang di beberapa wilayah Muntilan akibat hujan abu vulkanik dari Gunung Merapi. (Foto ANTARA/Wihdan Hidayat)

Saat ini tak ada hal lain yang dapat kita sampaikan, kecuali bahwa segenap hatidan perasaan kita erat bersama dengan saudara-saudara di sekitar Gunung Merapi.
Kita senasib dan sepenanggungan di saat-saat sulit ini. Badan kita bisa saja ada dikota atau pulau lain, tetapi hati dan pikiran kita ada diwilayah sekeliling Merapi.

Selasa, 05 Oktober 2010

PERSATUAN KEMANDIRIAN INDIVIDU



Ya, saya tidak lagi mendapatkan pemahaman yang sama mengenai arti kata "kita".

"Kita" yang saya rasakan dahulu artinya adalah bekerjasama, saling menolong, saling mengasihi. Sebuah dogma semenjak kanak yang mempondasi bangunan-pikir saya mengenai cara peradaban manusia bekerja. Sungguh, saya terkesima sekali dengan konsep kerjasama, tolong-menolong, saling kasih, ya hal-hal semacam itu. Professor favorit saya suka mengidentikkan kerjasama adalah manifestasi dari persaudaraan (brotherhood), koperasi (co-operation), atau ukhuwah.

Saya sendiri menolak paradigma bahwa Homo Homini Lupus, manusia bak binatang saling makan satu sama lain secara naluriah. Tidak, manusia tidak tercipta dengan naluri alami serendah itu. Hakekat manusia adalah tentang nurani untuk memproduksi, mencapai suatu keindahan, keserasian, keselarasan, kebahagiaan bersama dengan sahabat-kerabat.

Lalu bagaimana penjelasan dari PERANG!? dari persaingan!?
Saya menyebut itu adalah gerak lanjutan sebagai dampak dari adanya naluri alamiah manusia untuk melindungi diri (self-defense mechanisms). Nah, bila teledor mendesain diri dengan semangat yang positif, pastilah akan timbul rasa saling curiga, saling merasa tersaingi, saling merasa terancam. Imbas ikutannya adalah manusia menyempitkan ruang dermawannya, saling merasa serakah menguasai sesuatu, yang seolah cuma itu satu-satunya properti isi bumi. Orang akan terbentuk menjadi sebuah makhluk yang berparadigma selalu was-was untuk menjalin kekerabatan.

MENGHINDARI CARA PANDANG YANG SALAH
Menurut saya awalnya adalah mengenai cara pandang. Cara pandang seseorang yang rancu antara naluri, nurani, atapun nafsu diri tak hayal mengglincirkan manusia dengan mudah untuk pasti SALAH mendeskripsikan musuh (baca: lawan). Lalu tiba-tiba semua di sekeliling kita, yang jelas dalam satu atau lain hal berbeda dengan kita, terpotensi jadi musuh yang tega menggigit kita kapan dan dari sisi manapun juga. Hidup kita alih-alih waspada, umumnya adalah fase-fase awal paranoid (baca: ketakutan yang berlebihan).

Musuh kita bukanlah orang lain. Musuh kita adalah kemiskinan, keminderan, kebodohan. Salah menentukan musuh dalam hidup berakibat fatal. Nafsu diri harus dikelola, sehingga selaras dengan nurani. Saling bunuh adalah nafsu, sama sekali bukan naluri yang berasal dari nurani alami. Karena nurani manusia secara alami adalah bekerjasama. Melebur "aku, kamu, dia, mereka" menjadi "kita".

KITA
Saya berkeyakinan bahwa suatu dasar kecakapan memimpin adalah seni mempertemukan kepentingan. Energi yang jenius sangat dibutuhkan untuk seorang pemimpin terus menguatkan kumpulan pengikutnya. Pengikut, yang tentu saja dengan segala keberagamannya, segala keberbedaan kepentingannya.

Pemimpin harus cerdas dan kreatif mencari cara untuk menyolidkan orang-orangnya, menemukan teknik paling efisien dan terefektif merubah "aku, kamu, dia, mereka" menjadi "kita".

"Kita", bagi saya sekarang adalah lebih ke bagaimana saya memberi dan melayani orang-orang terdekat di kehidupan saya. Jadi saya sangat terobsesi untuk tidak ada saling tolong, saya yang tak kenal lelah harus menolong. Bukan saling kasih, tapi saya yang harus punya samudera kasih sehingga bisa terus mengasih. Saya sebisa mungkin tidak membutuhkan iba atau membutuhkan bantuan orang lain. Sayalah yang harus memberikan, bukan mengharap-menggantungkan orang berkasihan. "Kita" menurut saya bukanlah sekumpulan pecundang yang saling menunggu dibantai kala perang. Tapi "kita" adalah kumpulan orang hebat dalam -kemandirian individu-, yang secara sadar bersatu untuk terus meningkatkan mutu. Kita menuliskan sejarah, kita menggubah jaman, kitalah bangsa besar itu.

Saya adalah pemimpin, dan tetap seperti itu mati saya ingin dikenang orang.

-Andik Kurniawan, 11 September 2010-
Untuk Perdamaian Dunia






IMAGINE

Imagine there's no Heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today

Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion too
Imagine all the people
Living life in peace

**
You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one

Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world

You may say that I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one

(John Lennon, 1971)

Sabtu, 15 Mei 2010

Hujan




HUJAN, bagi sebagian orang adalah peristiwa alam yang ditunggu-tunggu. Airnya yang berlimpah, dinginnya yang menyejukkan, dan kesegarannya yang menyenangkan, membawa kita pada suasana yang benar-benar berbeda. Berbeda saat kita terasa panas dan merindukan kesejukkan yang menyegarkan.

HUJAN, punya pesan lain saat ia "bersuara". Coba saja dengarkan baik-baik. Sembunyi di bawah hujan dan mendengarkan dengan hati. Mendamaikan.

HUJAN, menimbulkan kenikmatan sendiri,suaranya seperti musik yang membawa kita kembali kealam,membawa kenangan tentang masa kecil dan kerinduan pada kampung halaman.Yaa, hujan memang menyenangkan.

HUJAN, kadang bisa menjadi waktu dimana orang membenamkan diri, sebentar berkutat dengan masa lalu. Sekedar untuk merefleksi diri. Merenungi masa membahagiakan, mengingat pernah patah hati,atau mereka - reka masa depan.

Bahkan, pada suatu malam HUJAN adalah selimut tidur yang paling nyaman.

Namun, tak jarang HUJAN menjadi kambing hitam.
Saat banjir, seringkali kita manyalahkan HUJAN. Apa yang salah dengan HUJAN? Kita yang membuat alam tidak seimbang lagi. Kita yang membuat alam "marah" dengan segala tingkah laku kita.

Sadarkah kita, alam sering menyentil kita dengan cara-cara yang sederhana. Tetesan air HUJAN, sebenarnya sapaan untuk kita tetap mencintai alam dengan wajar. HUJAN bukanlah bencana yang membuat kita harus meradang dan mencaci. HUJAN mengajarkan kita untuk mencintai alam.

Minggu, 09 Mei 2010

JAZZ DAN MUSIK POPULER DALAM LINTASAN SEJARAH


Gara-gara pagi ini pas kerja (baca : siaran) ngomongin tentang aliran musik apa yang bakal merajai di tahun ini, akirnya saya iseng iseng browsing. Dan saya dapet tulisan ini. Menarik sih menurut saya, karena pada dasarnya saya suka musik jazz. Sempoga bisa bermanfaat juga ya buat sesama penyuka musik ini. Chek this out.. :)

Tulisan singkat ini, sejujurnya, lahir dari kegelisahan penulis sebagai seorang penggemar dan pemerhati musik jazz, oleh masih sangat minimnya perhatian masyarakat, terutama Indonesia, terhadap jenis musik ini. Seperti halnya musik klasik, sebagian besar orang memang cenderung menganggap jenis musik ini terlalu berat, abstrak, dan sulit untuk dicerna. Disamping itu, jazz acap kali distereotipkan sebagai musik kaum elite atau kaum gedongan, walaupun kenyataannya di kalangan “gedongan” sendiri, sebenarnya penggemar ataupun penikmat musik jazz masih merupakan golongan minoritas. Bahkan di kalangan kaum muda dewasa ini sudah umum dijumpai anggapan bahwa jazz adalah “musik orang tua yang membosankan dan membuat kita mengantuk”.

Munculnya imej bagi jazz yang kurang menguntungkan ini berpangkal pada sebuah pengertian yang dominan bahwa fungsi utama musik adalah untuk menghibur dan memberikan kepuasan kepada khalayak, dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Adanya perkembangan teknologi, yaitu munculnya alat perekam suara pada akhir abad –19 telah mengakibatkan pergeseran besar dalam seni musik dunia : jika pada awalnya musik merupakan ekspresi murni perasaan manusia maka kini musik menjadi produk industri rekaman dan komoditas dagang. Kapitalisme industri musik juga telah menggeser musik-musik lama yang menunjukkan identitas kultural masing-masing etnis / bangsa di dunia, dan sebagai gantinya muncullah jenis musik baru yang mengatasi dan meluruhkan perbedaan-perbedaan kultural yang ada, yaitu apa yang disebut “musik populer”. Tanpa mengesampingkan kreativitas dari musisi pop (hanya sebagian kecil musisi pop memiliki kreativitas orisinal !), sesungguhnya tidak sedikit komposisi pop merupakan bentuk-bentuk yang terstandarisasi atau reproduksi dari trend-trend sesaat, dan fenomena ini cenderung berlangsung secara global.

Dalam hal ini patut diperhatikan bahwa musik jazz muncul sebagai peralihan dari musik “tradisional” menuju musik “populer”. Pada awal perkembangannya, jazz dapat diketegorikan sebagai sebuah contoh musik tradisi, dimana musik ini sangat mewakili ekspresi dan kultur masyarakat kulit hitam di Amerika Serikat. Sebagai musik yang mewakili sebuah masyarakat yang terdiskriminasi, maka perkembangan jenis musik ini juga akan mengalami nasib kurang lebih sama. Timbulnya aliran swing pada dekade 1930-an membawa perubahan penting dalam cara orang memandang musik ini, yang akhirnya berpengaruh pada pengkategorian posisi jazz di antara berbagai musik lain. Era swing ditandai dengan munculnya jazz band dengan jumlah pemain yang besar (big band), yang dapat dilihat sebagai sebuah bentuk orkestrasi ala Eropa yang diaplikasikan dalam jazz, walaupun tetap mempertahankan ciri-ciri pokoknya, seperti improvisasi, sinkopasi dan blue note (nada yang merendah pada not ketiga dan ketujuh, merupakan ciri khas musik blues dan jazz). Dengan perkembangan tersebut, jazz tidak lagi dianggap musik “barbar” karena identik dengan orang kulit hitam. Pada masa itu, jazz bahkan telah menjadi musik populer, dengan irama swing-nya yang cocok untuk berdansa, dan pada masa itu pula jazz mulai menyebar ke belahan dunia lain seperti Eropa ataupun Asia. Tidak sedikit komposisi-komposisi jazz dari musisi handal semacam George Gershwin, Cole Porter atau Duke Ellington diangkat menjadi soundtrack film, dan komposisi-komposisi tersebut sebenarnya merupakan lagu pop pada zamannya.

Perkembangan jazz yang semakin mengarah pada musik hiburan tersebut menimbulkan reaksi di kalangan musisi jazz kulit hitam. Beberapa diantaranya seperti Charlie Parker dan Dizzy Gillespie lantas memperkenalkan bebop, sebuah style baru dalam jazz pada sekitar akhir dekade 1940-an. Kemunculan bebop ini sering disebut sebagai revolusi dalam musik jazz, karena konon para eksponennya memiliki sebuah spirit baru yang bertujuan mengembalikan jazz pada hakikatnya sebagai musik “seni” khas kaum negro. Aliran baru ini ditandai dengan berkembangnya formasi band / combo secara lebih minimalis dengan konsekuensi semakin luasnya ruang bagi improvisasi solo masing-masing pemain. Disamping gaya swing dengan formasi big band-nya, bebop dan beberapa variasi yang muncul kemudian (hard bop, cool jazz, dan sebagainya) menjadi aliran utama (mainstream) dan pusat dari perkembangan jazz dunia hingga masa kini.
Semenjak “revolusi” bebop, jazz agaknya cenderung berkembang menjadi sebuah genre yang lebih eksklusif daripada sebelumnya dan makin tampak terpisah dari berbagai jenis musik lain. Memang, jazz kemudian benar-benar berkembang menjadi sebuah musik “seni” dengan tingkat kesulitan tinggi sebagaimana halnya musik klasik. Pada masa-masa sekarang ini akan lebih banyak dijumpai musisi jazz jebolan sekolah-sekolah musik, walaupun kenyataannya para dedengkot awal jazz hampir semuanya belajar bermusik secara otodidak. Sebagai sebuah genre musik yang makin membutuhkan keseriusan, maka tidak mengherankan apabila jazz mulai agak dijauhi khalayak. Apalagi pada saat itu, trend rock’n roll makin merajai blantika musik populer dunia. Jika pada tahun 1940-an, jazz dapat dijumpai pada komunitas tempat hiburan umum dan pesta-pesta dansa, sejak sekitar tahun 1950 dan selanjutnya akan terasa “bergeser” menuju komunitas intelektual dan akademisi, dimana mereka semakin cenderung memperlakukan musik ini seakan sebuah “disiplin ilmu” tersendiri. Jika ditelaah lebih lanjut, adanya revolusi bebop setidaknya membawa beberapa dampak positif : Pertama, di tengah iklim rasialisme yang masih kuat hingga tahun 1960-an (ingat kasus tertembaknya Martin Luther King, pejuang kulit hitam AS pada tahun 1968 !), jazz mulai dikategorikan sebagai bagian dari “budaya tinggi”, disaat musik rock yang diangkat kaum kulit putih justru lebih menjadi bagian dari “budaya massa”. Kedua, dengan sedikit melepaskan diri dari bentuk orkestrasi ala swing akan memungkinkan para musisi jazz melakukan eksplorasi-eksplorasi baru dengan mengadaptasikan unsur dari musik-musik yang dianggap dapat memperkaya jazz. Tanpa bebop, mungkin tidak akan pernah ada jazz fusion, avant garde atau world music yang mengeksplorasi musik-musik etnis dari berbagai belahan dunia.

Pada masa-masa belakangan, semakin tampak bahwa musik jazz senantiasa kontradiktif dengan musik populer (rock dan pop), dimana jika seseorang menjadi penggemar salah satu jenis musik ini biasanya akan menolak yang lainnya. Yang kurang diketahui umum adalah bahwa kedua jenis musik tersebut memiliki hubungan satu sama lain yang saling mempengaruhi. Bukankah jazz maupun rock tumbuh dari akar yang sama, yakni blues ? Mungkin tidak banyak orang yang tahu bahwa lagu-lagu The Beatles telah banyak dibawakan oleh para musisi jazz sebagai lagu standar. Atau bahwa Sting, pentolan grup New Wave era 80-an, The Police, adalah juga seorang musisi jazz yang handal. Akibat interaksi antara jazz dan musik-musik hiburan terbukti telah melahirkan berbagai sintesis baru yang memperkaya nuansa baik dalam jazz maupun rock. Bagi para musisi pop atau rock yang mengadopsi elemen jazz akan memberi mereka suatu nilai lebih karena dengan demikian akan dianggap lebih bermutu, sementara sebaliknya bagi kalangan musisi jazz, dengan mengadopsi unsur musik populer akan menyebabkan karya mereka lebih memiliki daya jual.

Munculnya berbagai bentuk sintesis antara jazz dan musik hiburan ini sering menjadi bahan perdebatan di kalangan kritikus musik, mengenai pengkategorian yang menjadi semakin kabur karenanya. Sejak sekitar tahun 1980-an, berbagai aliran baru ini diberi nama Adult Contemporary (AC), agaknya untuk menunjukkan bahwa musik ini ditujukan untuk kalangan usia tertentu yang dianggap telah “dewasa”, biasanya usia 30 tahun ke atas.. Musik-musik yang dapat dikategorikan sebagai AC ini meliputi :

1. Fusion, yang lahir sekitar akhir dekade 1960-an, ketika Miles Davis, seorang eksponen bebop dan cool jazz mempopulerkan sebuah varian baru jazz dengan mengadopsi unsur rock dan soul / R&B. Kepeloporan Miles dilanjutkan oleh musisi-musisi generasi di bawahnya. Salah seorang yang paling sukses adalah Chick Corea dimana ia mempopulerkan penggunaan instrumen elektronis dalam jazz, sehingga fusion kemudian hampir tidak dapat dilepaskan dari ciri (elektronis) tersebut. Pada awalnya, fusion masih cukup sarat dengan improvisasi jazz, akan tetapi kemudian semakin mengarah pada pop dengan jenis komposisi yang disederhanakan untuk lebih menarik selera pasar. Jenis terakhir ini kemudian lebih populer dengan istilah smooth jazz atau terkadang disebut pula contemporary jazz.
2. “Jazzy”, yang berarti “agak-agak ngejazz” atau “sedikit bernuansa jazz”. Umumnya istilah ini dipergunakan untuk menyebut musik populer yang mengadopsi unsur jazz, umumnya pada progresi chord (yang mewakili unsur “blue note”) maupun irama (rhythm) yang sering dipergunakan dalam jazz misalnya swing, soul, bossanova dan sebagainya. Beberapa pengusung awal jazzy antara lain kelompok Blood, Sweat & Tears (BS&T) dan Chicago sekitar tahun 1968. Artis-artis jazzy memiliki latar belakang beraneka ragam. Ada sebagian artis/musisi yang memang memilih jazzy sebagai konsep musiknya, ada pula yang menjadi “jazzy” hanya karena kolaborasinya dengan musisi-musisi jazz. Dengan demikian, warna musiknya akan beraneka ragam. Salah satu varian yang paling populer belakangan ini adalah acid jazz, dimana aliran musik baru ini konon merupakan hasil “ulah” para DJ (disc jockey) dalam menciptakan suatu jenis musik dance dengan memasukkan unsur jazz, soul, hip hop, dan funk dalam satu komposisi/lagu. Acid jazz yang dibawakan oleh grup seperti Brand New Heavies dan Incognito, dengan beat-nya yang dinamis ini dengan segera memperoleh sambutan dari kalangan pendengar yang lebih muda.


Dari ilustrasi historis yang sangat singkat ini kiranya dapat diperoleh sebuah pengertian bahwa jazz tidak melulu merupakan jenis musik serius dan membosankan. Kiranya lebih tepat jika dikatakan bahwa jazz merupakan sebuah proses “tarik ulur” antara tradisi musik seni / klasik yang bersifat elitis dengan musik hiburan yang mewakili aspirasi khalayak lebih luas. Dari proses tarik ulur inilah kemudian muncul banyak sekali varian ataupun aliran dalam jazz yang makin memperkaya khazanah musik ini. Sesungguhnya, jazz menawarkan keanekaragaman dan eksplorasi-eksplorasi musikal yang sayang apabila diabaikan begitu saja, apalagi bagi generasi muda yang biasanya paling memiliki rasa ingin tahu. Akhir kata penulis ucapkan : selamat mencoba !

Jazz In Love

ACID JAZZ
1. Still a Friend of Mine – INCOGNITO
2. Dream Come True – BRAND NEW HEAVIES
3. Girl Overboard – SNOWBOY
4. Canned Heat - JAMIROQUAI
5. Stepping Into My Life – THE JAMES TAYLOR QUARTET
6. Sweet Feelings – ESPERANTO

JAZZ STANDARDS
1. Love Is Here To Stay – ELLA FITZGERALD & LOUIS ARMSTRONG
2. Round Midnight – THELONIUS MONK
3. Route 66 – GRADY TATE
4. Stardust – HELEN HUMES
5. Summertime – JOE HENDERSON feat. CHAKA KHAN
6. Sweet Lorraine – NAT KING COLE
7. My Funny Valentine – MILES DAVIS
8. How High The Moon – DEE-DEE BRIDGEWATER
9. Mack The Knife – LOUIS ARMSTRONG
10. Spain – AL JARREAU

SWING
1. Route 66 – THE MANHATTAN TRANSFER
2. Do Nothing Till You Hear From Me – ROBBIE WILLIAMS
3. L o v e – NATALIE COLE
4. Come Rain Or Come Shine – DIANE SCHUUR
5. Beyond The Sea – GEORGE BENSON feat. COUNT BASIE ORCHESTRA
6. Let’s Fall In love – DIANA KRALL
7. Goin’ home – AL JARREAU & TAKE 6

BALLADS
1. Misty – SARAH VAUGHAN
2. Unforgettable – NATALIE COLE feat. NAT KING COLE
3. What A Wonderful World – KENNY G & LOUIS ARMSTRONG
4. Love Dance – DIANE SCHUUR
5. Tears In Heaven – JOSHUA REDMAN feat. PAT METHENY
6. For Sentimental Reason – SYAHARANI
7. You’ve Changed – GEORGE MICHAEL

BOSSA NOVA
1. The Girl From Ipanema – STAN GETZ feat. JOAO & ASTRUD GILBERTO
2. Agua de Beber – ASTRUD GILBERTO
3. Blue Bossa – BENNY CARTER
4. Mas Que Nada – SERGIO MENDES
5. Desafinado – EDEN ATWOOD
6. Corcovado (Quiet Night Of Quiet Stars) – LAURA FYGI
7. Waters Of March – AL JARREAU & OLETA ADAMS
8. One Note Samba – EARL KLUGH

JAZZ FUSION & FUNK
1. Night Rhythms – LEE RITENOUR
2. Invitation – SHAKATAK
3. Brazilian Love Affair – GEORGE DUKE
4. Come With Me – TANIA MARIA
5. Daddy’s Gonna Miss You – YELLOWJACKETS
6. Rio Rush – FOURPLAY

SMOOTH JAZZ
1. Antonio’s Song – MICHAEL FRANKS
2. Angela – BOB JAMES
3. Springtime Laughter – SPYRO GYRA feat. BASIA
4. Between The Sheets – FOURPLAY feat. CHAKA KHAN
5. You Make Me Smile – DAVE KOZ
6. Midnight In San Juan – EARL KLUGH
7. This Masquerade – GEORGE BENSON
8. After The Love Has Gone – DAVID BENOIT/R. FREEMAN feat. PHIL PERRY

JAZZY TUNES
1. Smooth Operator – SADE
2. Just The Two Of Us – BILL WITHERS & GROVER WASHINGTON JR
3. When We Make A Home – SADAO WATANABE
4. Baby You’re Mine – BASIA
5. After The Love Has Gone – EARTH WIND AND FIRE
6. Through The Fire – CHAKA KHAN
7. By The Time This Night Is Over – PEABO BRYSON & KENNY G

JAZZ INDONESIA
1. Reborn – INDRA LESMANA
2. Moliendo Café – BUBI CHEN
3. Dia – SYAHARANI
4. Menanti – TOHPATI feat. LITA ZEIN
5. Night In Samarinda – CANIZZARO
6. Take Off To Padang - KARIMATA
7. Satu Nuansa Jiwa – ERMY KULLIT

INDONESIAN JAZZY VOCALS
1. Jangan Menggoda Lagi – PETER F GONTHA & SYAHARANI
2. Andai Saja – IGA MAWARNI
3. Bisikan Hati – ANDIEN
4. Keraguan – 2D (DIAN PP / DEDDY DHUKUN)
5. Dara - CHASEIRO
6. New Sakura – FARIZ RM
7. Semurni Kasih – DIAN PRAMANA PUTRA
8. Kesan – ERMY KULLIT
9. Kembali – GLENN FREDLY
ACID JAZZ INDONESIA
1. Satu Mimpiku – THE GROOVE
2. Dan Senyumlah – SINGIKU
3. Denganmu – BUNGLON feat. NERI PER CASSO
4. Interaksi – HUMANIA
5. Universal - CLOROPHYL

www.wartajazz.com